Karya Anak Indobesia Di Air Bus | Industri Penerbangan & Bisnis | @ Blogspot.Com Karya Anak Indobesia Di Air Bus - Industri Penerbangan & Bisnis | @ Blogspot.Com>

Karya Anak Indobesia Di Air Bus

SAAT mengunjungi industri dirgantara Eropa, Airbus ada kekaguman melihat karya besar manusia. Bangsa-bangsa di dunia mencoba membuat Bumi terasa semakin kecil dengan menghasilkan pesawat yang lebih cepat, lebih besar, dan lebih efisien bahan bakarnya. Yang lebih mengagumkan adalah karya putra-putra Indonesia ada pada karya bangsa di dunia tersebut.



Pesawat penumpang paling fenomenal yang ada sekarang ini adalah Airbus A-380.  Dengan dua tingkat penuh, pesawat itu bisa mengangkut sekitar 500 penumpang sekaligus dan mampu terbang untuk waktu penerbangan sekitar 12 jam.

Pada pesawat ini ada sumbangsih yang diberikan putra-putra Indonesia. Dua seksi depan bagian pesawat yang menempel ke badan pesawat dipasok oleh PT Dirgantara Indonesia. Indonesia menjadi salah satu dari 20 negara yang ikut memasok kebutuhan dari pembuatan pesawat A-380.

Karya anak Indonesia tidak hanya pada pesawat A-380. Pesawat Airbus lainnya seperti A-330 yang baru diserahkan kepada Garuda Indonesia, juga salah satu seksi dari bagian sayapnya dipasok oleh PT Dirgantara Indonesia.

Saat membuka Indonesia International Motor Show 2013, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa arah pembangunan industri kita diarahkan kepada tiga pilar. Pilar pertama adalah industri yang memberikan nilai tambah baik melalui hilirisasi maupun huluisasi. Kedua adalah industri yang bisa memberikan efek pengganda atau multiplier effect, yakni dengan tumbuhnya industri penunjang . Ketiga adalah industri yang bisa menjadi bagian dari rantai pasokan global (global supply chain).

PT Dirgantara Indonesia memainkan peran yang ketiga itu. Di samping upaya untuk terus menjadi industri yang bisa menghasilkan pesawat sendiri, industri.  dirgantara nasional itu mengoptimalkan aset yang mereka miliki untuk memasok industri-industri dirgantara dunia.

Sekarang ini tidak ada negara yang mengandalkan seluruh kebutuhan industri mereka dari dalam negeri sendiri. Rantai pasokan global justru memungkinkan terjadinya efisiensi. Banyak industri yang mencari pasokan dari negara yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang mereka butuhkan.

Kita pun tentunya harus cerdik untuk juga memanfaatkan rantai pasokan global. Wawasan dari elite harus dibuka, karena mereka harus mengedukasi masyarakat banyak. Jangan kita terjebak dalam nasionalisme palsu dan akhirnya membuat kita sebagai bangsa tidak bisa bergerak maju.

Sekarang ini kita sedang ramai membicarakan soal mobil murah. Dalam acara "Forum Bisnis" di Metrotv beberapa tahun yang lalu, dilemparkan kembali keinginan untuk membuat mobil nasional. Bahkan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Bima Arya mengatakan bahwa mobil nasional itu adalah mobil yang sepenuhnya merupakan buatan anak-anak Indonesia.

Kalau cara pandangnya sempit seperti itu, maka seumur-umur kita tidak pernah akan memiliki mobil nasional. Di tengah belum dimilikinya industri dasar seperti industri baja yang bisa diandalkan dan dikuasainya metalurgi secara baik, tidak mungkin kita akan membangun industri otomotif. Untuk memotongnya maka kita harus memakai rantai pasokan global.

Nasionalisme palsu seringkali menjebak kita untuk bisa bergerak maju. Apalagi sikap sebagian besar kita, tidak terlalu menghargai produk bangsa sendiri. Para politisi yang selalu menyuarakan tentang mobil nasional misalnya, tidak pernah mau menjadi orang pertama yang menggunakan produk nasional itu. Mereka justru berlomba-lomba untuk bisa memamerkan mobil mewah mereka.

Termasuk dalam pengembangan industri dirgantara. Sejak pertama membangun Industri Pesawat Terbang Nurtanio, BJ Habibie berupaya untuk mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan pesawat buatan industri di Bandung itu mulai dari Cassa 212, N-235, dan beberapa jenis helikopter. Namun yang lebih muncul adalah celaan bahwa pesawat buatan IPTN tidak laik terbang.

Padahal tidak ada negara yang sekali jadi membangun industrinya. Dukungan dari masyarakat dalam negeri justru sangat menentukan. Jepang dan Korea Selatan bisa muncul sebagai negara industri baru, karena rakyat mereka cinta kepada produk bangsa sendiri.

Di Jepang misalnya, 55 persen produk terbaru industri mereka dipakai oleh masyarakat Jepang sendiri. Bahkan mereka rela untuk membayar lebih mahal produk bangsa sendiri. Hanya 45 persen dari produk Negeri Sakura itu yang kemudian dijual ke pasar dunia.

Kita tidak pernah ragu bahwa bangsa Indonesia mampu membangun industrinya. Habibie tetap bersemangat untuk membangun industri dirgantara. Bahkan ia mengatakan, meski usianya sekarang sudah 77 tahun, kalau berbicara mengenai industri dirgantara usianya masih serasa 17 tahun.

Hanya saja kita harus cerdik seperti bangsa-bangsa lain. Kita gunakan era rantai pasokan global untuk efisiensi dan optimalisasi. Kedua, kita harus sungguh-sungguh mau mendukung pengembangan industri nasional, jangan hanya sekadar manis di mulut, tetapi dalam praktiknya sangat suka untuk menggunakan produk impor. Bukan zamannya lagi untuk menggelorakan nasionalisme palsu, apalagi ingin menjadi bangsa yang maju.
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011-2022. Industri Penerbangan & Bisnis | @ Blogspot.Com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger